Sabtu, 09 Maret 2013

Bapak...

Minggu pagi itu, 23 september 2012 sekitar pukul 09.30 ibu saya menelfon sambil memperdengarkan suara parau bapak yang tengah dirawat di rumah sakit, tak menunggu lama saya bergegas berusaha mencari tiket bis yang jaraknya sekitar 7 Km dari rumah, namun di perjalanan tiba-tiba saya rasakan Hp saya bergetar, ternyata telfon dari argo (adik saya), ketika saya angkat suara pertama adalah sesenggukan tangis lalu dengan suara lantang adik saya berkata "mas, bapak meninggal...!!!", sontak lemas lah saya, masih sambil duduk diatas sepeda motor yang saya hentikan di pinggir jalan, saya menghela nafas berat, terbayang semua tentang bapak.

Bapak adalah sosok hebat buat kami, beliau adalah pekerja keras, penyabar dan seorang bapak yang penuh teladan yang luar biasa
Masih teringat jelas betapa pemaaf nya beliau, saya sedari kecil hingga saat duduk di bangku kuliah adalah anak yang mungkin terlalu sering membuat beliau sakit hati, betapa tidak, bandel dan pembantah mungkin cap yang pantas buat saya waktu itu, namun dengan penuh kesabaran beliau selalu memaafkan dan tetap membimbing saya agar menjadi lebih baik.



22 Februari 2009, saya menikah dan tanggal itu pula bapak ber ulang tahun yang ke 52 tahun dan pernikahan itulah hadiah ulang tahun buat beliau, tak lama setelah pernikaha saya bapak dan ibu selalu mengatakan bahwa mereka berdua sangat ingin memiliki cucu perempuan, maklumlah beliau berdua memiliki 3 anak yang semuanya laki-laki
Dan akhirnya keinginan beliau berdua pun terwujud, 16 April 2010, istri saya melahirkan seorang bayi perempuan, saya lihat dengan jelas betapa bahagianya bapak dan ibu saat itu, begitupun dengan saya, bangga rasanya bisa memberikan mereka cucu perempuan yang sejak lama mereka impikan.







Saya dan anak - istri tinggal di Depok, Jawa barat, ada hal yang sedikit lucu, setiap saya mengabarkan bahwa kami akan pulang kampung, bapak selalu menunggu kedatangan kami, karena artinya beliau bisa bertemu dengan anak saya, bahkan jika sudah beberapa bulan tak bertemu dengan anak kami, bapak selalu memaksakan diri jauh-jauh datang ke depok dengan lama tempuh semalam suntuk dengan kereta api, hanya untuk bertemu dengan cucunya.
Begitu sayang nya beliau dengan Amor (anak kami) sampai pun apa saja yang diminta oleh Amor, selalu beliau turuti entah dengan cara apapun, mulai dari boneka sampai jalan-jalan ke pantai, demi cucu kesayangannya.



Namun kini, beliau telah meninggalkan kami dengan jutaan kenangan indah, tentang sabarnya, pemaafnya, pekerja kerasnya dan sayangnya pada cucu perempuannya.
Sebagai Muslim, saya harus mengikhlaskan kepergian bapak, namun sebagai manusia biasa ada satu hal yang saya sesali, yaitu ketika saya menyadari bahwa belum banyak hal yang saya lakukan untuk sekedar membuat beliau bangga dengan saya, masih banyak cita-cita yang belum saya capai untuk membuat beliau merasa bahwa apa yang beliau perjungkan untuk anak-anaknya telah tercapai.

Selamat jalan Bapak, Doa kami takkan pernah terputus untuk mu...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar